Pendidikan yang berkualitas
1.
Pengertian kualitas
pendidikan
Pendidikan yang menurut Ki Hajar Dewantara dalam
kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan : Pendidikan
umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual), dan
tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu
agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak
yang kita didik selaras dengan dunianya. (Ihsan,2005:5)
Sekolah yang merupakan salah satu
lembaga yang mempertemukan antara guru dan murid merupakan lembaga yang
dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan mensukseskan pendidikan dan pengajaran
anak-anak. Tentunya pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan pada metode yang
benar. Yang menurut Ihsan pendidikan sekolah adalah pendidikan disekolah, yang
teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu
tertentu yang berlangsung dai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi
(2005:42) Hal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan tiap-tiap individu anak
dengan persiapan yang matang, untuk kepribadiannya dan membina
perilaku-perilakunya.
Dalam era globalisasi dan IPTEK,
masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan dan pengajaran Agama ialah sebagaimana
pendidikan agama itu dapat diterima oleh anak didik secara utuh, dengan
berbagai aspek yang dimiliki oleh anak didik dan tujuan pendidikan yang
diharapkan. Hal ini menuntut seorang pendidik/ guru untuk menguasai metodologi
pelajaran, dengan harapan dapat diperoleh hasil belajar seoptimal mungkin.
Sejalan dengan itu perlu adanya pembaharuan bidang metodologi, strategi belajar
maupun dalam bidang pendidikan agama pada proses belajar mengajar.
Secara umum tujuan Pendidikan Agama
Islam adalah membentuk insan kamil yang memiliki kepribadian utuh, yakni
manusia yang pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kehidupannya sebagai hamba Allah
dan mampu mengoptimalkan potensi dan kemampuannya dalam mengelola bumi dan
segala yang terkandung didalamnya, sehingga dengan demikian tugas manusia
sebagai kholifah Allah di bumi dapat dijalankan dengan baik.
Perkembangan pendidikan Islam di
Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan
secara bertahap, mulai dari yang amat sederhana sampai dengan tahap yang
terhitung modern dan lengkap, lembaga-lembaga tersebut telah memainkan fungsi
dan peranannya sesuai dengan tuntutan masyarakat pada zamannya. Untuk
mempertahankan eksistensi kelembagaan pendidikan Islam dimasyarakat perlu
dilakukan inovasi yang benar-benar mendukung tujuan pendidikan nasional baik
ditingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi.
Dalam “proses pendidikan” yang
bermutu terlibat berbagai input, seperti: Bahan ajar (kognitif, afektif dan
psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah,
dukungan administrasi dan sarana prasarana, sumber data lainnya serta
penciptaan suasana yang kondusif.
2.
Sistem Pendidikan
Sistem adalah atu kesatuan komponen
yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai
suatu tujuan yang telah diterapkan.(Sanjaya,2006: 45)
Berdasarkan pengertian diatas, maka
ada tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem yaitu :
a.
Setiap system pasti memiliki
Tujuan
b.
Sebuah sistem selalu mengandung
proses
c.
Suatu system selalu melibatkan
dan memanfaatkanberbagai komponen atau unsur – unsur tertentu. (Sanjaya,2006:
45-46)
Penyusunan standart proses pendidikan
diperlukan untuk menentukan kegiatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya
ketercapaian Standart kompetensi lulusan. Dengan demikian standart proses dapat
dijadikanpedoman oleh setiap guru dalam pengelolaan proses pembelajaran serta
menentukan komponen-komponen yang dapat mempengaruhi proses pendidikan.
a.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan adalah sesuatu
yang hendak dicapai dengan
kegiatan pendidikan, dari tidak ada menjadi ada, dari tidak
bisa menjadi bisa dan dari tidak bersikap menjadi bersikap seperti yang diharapkan.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
adalah kepribadian muslim,
yaitu suatu kepribadian yang seluruh
aspeknay dijiwai oleh ajran Islam.Orang yang berkepribadian Islam
didalam Al-Qur’an disebut “Muttaqun” karEna itu Pendidikan Islam berarti pembentuka manusia
yang bertaqwa”. (1992 : 60)
Tujuan Pendidikan Agama Islam tersebut sejalan denagn tujaun
pendidikan nasional. Dimana tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnyayaitu manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuaha Yang Maha Esa dan
berbudi pekeri luhur, memiliki pengetahuan dan keterampuilan, kesehatah jasmani dan
rohani berkepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU SPN No 20
th 2003 )
b.
Kurikulum Pendidikan Agama
Islam
“Kurikulum berasal dari bahasa Yunani “ Currer
“ yang artinya jarak yang harus ditempuh” ( Zuhairini, 1983 : 57 ). Jadi
kurikulum merupakan suatu proses yang
harus ditempuh dalam rangka mencapai tujuan.
“Secara tradisional kurikulum
diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah”.( Nasution 1993 : 9 ).”Sedangkan pada modern kurikulum
didefinisikan sebagai yang secara nyata terjadi dalam proses
pendidikan di sekolah”.( Tafsir,
2001 : 53 ). Zuhairini mengatakan ”Kurikulum meliputi semua yang menjadi
tanggung jawab sekolah guna mendidik anak” (1983 : 58).
Sedangkan menurut Subandiyah
“kurikulum adalah suatu “rencana / plan” yang dikembangkan untuk memperlancar proses belajar mengajar dengan arahan an bimbingan sekolah serta anggota stafnya”. (1994 : 45 ).
Dengan demikian kurikulum Pendidikan
Agama Islam adalah semua aktifitas dan pengalaman yang
diatur oleh pendidik dengana sistematis guna mencapai tujuan Pendidikan
Agama Islam.
1.
Penyusunan kurikulum Pendidikan Agama Islam
Penyusunan kurikulum yang
baik, stabil dan terarah bukanlah
merupakan pekerjaan yang mudah, hal
inin memerlukan waktu dan proses
yang panjang untuk mematangkannya. Kurikiulum bukan hanya berisi
teori-teori, tetapi juga harus
berorientasi pada pembinaan dan pembangunan mental manusiaguna
mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni masyarakat yang adil
dan makmur.
2.
Isi kurikulum Pendidikan
Agama Islam
Menurut Hamalik isi kurikukulum isi kurikulum adalah kleseluruhan materi dan kegaiatan yang
disusun dalam urutan ruang lingkup yang mencakup bidang oengaaran, mata pelajaran,
masalah-masalah dan –proyek-proyek yang
perlu dikerjakan (1993 : 58)
Untuk mencapai hasil yang yang maksimal dari pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam, maka isi
atau materi Pendidikan Agama
Islam harus mengacu pada tujuan yang ingin dicapai. Materi Pendidikan
Agama Islam merupakan hal
substansial dalam pendidiakan Islam ,
karena isi itulah yang akan diambil, dipegang
dan dihayati oleh peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh
karna itu, maka pemilihan materi atau
isi kurikulum harus selektif agar bisa selaras dengan tujuan yang
diinginkan.
Adapun isi kurikulum Pendidikan
Agama Islam pada lembaga madrasah (Tsanawiyah)
terdiri dari pelajaran-pelajaran agama seperti Akidah , Syri’ah, akhlak,
hadits, Bahasa Arab dan lain-lain. Mata pelajaran tersebut dilengkapi juga
dengan beberapa mata pelajaran umum
karena pada dasarnya antara ilmu agama dengan ilmu umum tidak bisa dipisahkan,
itu menjadi satu kesatuan yang
berkaitan dan tidak
lepas dari nilai - nalai
islami dalam materi-materi tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan materi Pendidikan Agama Islam
adalah efek manfaat dari kurikukulum tersebut, untyuk itu kurikulum harus disesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sebagaimana dikatakan oleh Arief “ Agar materi yang diberikan bermanfaat
bagi kehidupan didik, hendaknya materi tersebut harus sesuai
dengan tuntutan zaman dan kesempurnaan anak didik tanpa melupakan esensi dari ajaran islam itu
sendiri”.( 2002 : 35 ).
c.
Pengertian Metodologi
Pembelajaran
Istilah metodologi pembelajaran
sebenarnya sama dengan metodik, yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana
cara atau teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tecapai suatu
tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. (STAIN Jember,
2005:28).
Menurut Jalaluddin. dan Said Metode
adalah cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta
didik). (1996:52). Sedangkan Djamarah dan Zain mengatakan bahwa metode adalah
strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar(2002:177)
Metodologi adalah “suatu ilmu yang
membicarakan cara bagaimana teknik penyajian bahan pelajaran terhadap siswa
agar lebih memudahkan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien”. (Basyiruddin dalam Syaifullah, 2004:2).
Jadi metodologi merupakan ilmu yang
membicarakan tentang cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Menurut Arifin tentang Metode pendidikan
Islam adalah jalan yang harus dilalui dimana factor iman dan kemampuan bertaqwa
dalam prilaku pribadi dan social, dijadikan pusat program kurikuler baik
dilembaga pendidikan umum maupun keagamaan (madrasah) dan sebagainya. (2003:77)
Cara mengajar yang mempergunakan
teknik yang berbagai jenis dan dilakukan secara tepat dan penuh pengertian oleh
guru, akan memperbesar minat belajar anak didik dan karena itu pula akan
mempertinggi hasil pelajaran mereka. Dengan bimbingan, ajakan, rangsangan serta
kesempatan yang diberikan kepada para murid untuk ikut serta mengemukakan
pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, menganalisa,
merumuskan, membuat laporan, berdiskusi dan sebagainya, berarti membawa anak
didik pada situasi belajar yang sesungguhnya, bukan sekedar mendengarkan
ceramah guru. (Usman, 2001:9).
Kesiapan mental anak dalam menerima
pelajaran harus diperhatikan oleh seorang pendidik, karena perbedaan latar
belakang individual anak, baik dari segi kehidupan/keturunan, tingkat usia perkembangan/kematangan,
maupun tingkat kemampuan berfikirnya sangat mempengaruhi kesiapan anak didik
dalam menerima pelajaran.
Sehingga di sini dapat diambil
pengertian bahwa dalam pola pendidikan modern tampak jelas bahwa anak didik
adalah sebagai titik pusat terjadinya proses belajar mengajar, oleh karena itu
seorang guru haruslah memperhatikan kesipan mental anak didik agar proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Menurut Uhbiyat bahasan metodologi
pengajaran, tidak terbatas pada bahasan tentang hal-hal pengajaran akan tetapi
membahas persoalan yang lebih luas seperti
1)
pengurusan (managerial) yang
meliputi admitistrasi dan kepegawaian.
2)
Pendidikan guru
3)
Buku-buku teks
4)
teknologi pendidikan
Atau secara singkat dapat disebut
segala hal yang dapat membuat proses pengajaran menjadi efektif (1999:87)
d.
Macam-macam Metodologi
Pembelajaran
Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak
mempengaruhi peranan dan aktivitas guru dalam mengajar, sebaliknya, aktivitas
guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pula
pada pemahaman guru terhadapa mengajar. Mengajar bukan sekedar proses
penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan
berbagai aspeknya yang cukup kompleks. (Usman, 2002: 6)
Penggunaan metode dalam penyajian
sebuah materi pelajaran tergantung pada pertimbangan penggunaan metode dengan
materi pelajaran, apa bila pelajaran Agama
maka metode yang digunakan melihat materi Agama apa yang akan
disampaikan kepada siswa tersebut. Serta kemampuan apa yang ingin diperoleh
dari siswa.
Penggunaan metode yang tepat akan
turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu
dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru,
serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang
bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan
pembelajaran. (Mulyasa, 2006: 107)
Adapun beberapa macam metode pembelajaran
yaitu :
1)
Metode Mutual Education
Mutual education adalah metode mendidik secara kelompok seperti yang dicontohkan
oleh Nabi dalam mengajarkan tata cara sholat yaitu dengan mendemonstrasikan
cara-cara sholat yang baik. Dengan cara berkelompok inilah maka proses
mengetahui dan memahami akan lebih efektif, karena tidak hanya dari pengajar
saja pemahaman itu diperoleh akan tetapi juga dari teman belajar dalam kelompok
itu sendiri. (Uhbiyat, 1999:110)
2)
Metode Ceramah
Yaitu metode yang menggunakan
pemaparan bahan pelajaran secara lisan (Sudjana, 2005:77)
Hal-hal yang perlu
dipersiapkan dalam menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut.
a) Rumuskan tujuan intruksional khusus,
mengembangakan pokok-pokok materi belajar-mengajar, dan mengkajinya apakah hal
tersebut tepat diceramahkan.
b) Apabila akan divariasikan dengan metode lain,
perlu dipikirkan apa yang akan disampaikan dengan metode lainnya.
c) Siapkan alat peraga atau media pelajaran secara
matang, alat peraga atau media apa yang akan dogunakan, bagaimana menggunakannya
dan kapan akan digunakan. Demikian halnya kalau akan menggunakan alat pengeras
suara.
d) Perlu dibuat garis besar bahan yang akan
diceramahkan, minimal berupa cacatan kecil yang akan dijadikan pengangan guru
pada waktu berceramah. (Mulyasa, 2006:114)
3)
Metode Demonstrasi
Yaitu metode penyajian pelajaran
dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses,
situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai
metode penyajian tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru. (Sanjaya,
2006:150)
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi berlangsung
secara efektif, langkah-langkah yang di anjurkan adalah sebagai berikut
a) Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum
pembelajaran dimulai. Hal-hal tertentu perlu dipersiapkan, terutama fasilitas
yang akan digunakan untuk kepentingan demontrasi,
b) Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode
demontrasi, dan pilihlah yang materi yang tepat untuk didemontrasikan
c) Buatlah garis besar langkah-langkah demontrasi,
akan lebih efektif jika yang dikuasai
dan dipahami baik oleh peserta didik maupun oleh guru.
d) Tetapkanlah apakah demontrasi tersebut akan
dilakukan guru atau oleh peserta didik, atau oleh guru kemudian diikuti oleh
peserta didik.
e) Mulailah demontrasi dengan menarik perhatian
seluruh peserta didik, dan ciptakanlah suasana yang tenang dan menyenangkan.
f)
Upayakanlah
agar semua peserta didik terlibat secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran.
g) Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang
telah dilaksanakan, baik terhadap efektivitas metode demontrasi maupun terhadap
hasil belajar peserta didik. (Mulyasa, 2006: 107-108)
4)
Metode cerita
Yaitu metode dengan mengisahkan
peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya atau
kemungkarannya. (Uhbiyat, 1999:111)
5)
Metode bimbingan dan penyuluhan
Yaitu metode dengan memberi bimbingan
dan penyuluhan terhadap siswa dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau
hambatan-hambatan yang di alami siswa dalam belajar. (Uhbiyati, 1999: 114)
6)
Metode teladan
Yaitu metode dengan memberikan contoh
dan teladan langsung terhadap peserta didik.
7)
Metode diskusi
yaitu cara penyajian pelajaran,
dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau
pertayaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama-sama.
(Djamarah, 1993 : 99)
8)
Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara
penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari
guru kepada murid, tetapi dapat pula dari siswa kepada Guru (Djamarah,1993:107
) Sedangkan menurut sudjana adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya
komunikasi langsung bersifat Two way traffic sebab disaat yang sama
terjadi dialog antara guru dan siswa. (2005:78)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan metode tanya jawab adalah sebagai berikut.
a) Guru perlu menguasai bahan secara penuh, jangan
sekali-kali mengajukan pertanyaan guru sendiri tidak memahaminya atau tidak tau
jawabannya.
b) Siapkanlah pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan kepada peserta didik sedemikian rupa, agar pembelajaran tidak
menyimpang dari bahan yang sedang dibahas, mengarah pada pencapaian tujuan
pembelajaran dan sesuai dengan kemampauan berfikir peserta didik. . (Mulyasa,
2006: 116)
Pertanyaan
yang baik memiliki kriteria sebagai berikut
a) Memberi acuan, pertanyaan yang memberi acuan
adalah suatu bentuk pertanyaan yang sebelumnya diberikan uraian singkat tentang
apa-apa yang akan ditanyakan, jadi pertanyaan tersebut merupakan kelanjutan
dari ceramah atau ceritera guru.
b) Memusatkan jawaban, pertanyaan yang di ajukan
perlu dipusatkan pada apa-apa yang menjadi tujuan kegiatan pembelajaran.
c) Memberi tuntunan, guru dapat menuntun peserta
didik dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun mereka pada jawaban yang
benar.
d) Melacak jawaban peserta didik, guru mengajukan beberapa peertanyaan kembali
meskipun jawaban atas pertanyaan pertama sudah benar. . (Mulyasa, 2006: 116)
9)
Metode penugasan
Yaitu guru memberikan seperangkat
tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secar kelompok.
(Mulyasa:2006:113)
Agar metode penugasan dapat
berlangsung efektif, guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tugas harus direncanakan secara jelas dan
sistematis, terumata tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. Sebaiknya tujuan
penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik agar tahu arah tugas yang
dikerjakan.
b) Tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta
didik, kapan mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas
tersebut harus dikerjakan, secara invidu atau kelompok, dan lain-lain. Hal-hal
tersebut akan sangat menentukan efektivitas penggunaan metode penugasan dalam
pembelajaran.
c) Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok,
perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif
dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut
diselesaikan di luar kelas
d) Perlu diupayakan guru guru mengontrol proses
penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik. Jika tugas tersebut
diselesaikan di kelas guru bisa berkeliling mengontrol pekerjaan peserta didik,
sambil memberikan motivasi dan bimbingan terutama bagi peserta didik yang
mendapat kesulitan dalam penyelesaian tugas tersebut. Jika tugas tersebut
diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol dari para peserta didik. Oleh
karena itu, dalam penugasan yang harus diselesaikan di luar kelas sebaiknya
peserta didik diminta untuk memberikan laporan kemajuan mengenai tugas yang
dikerjakan.
e) Berikanlah penilaian secara proposional terhadap
tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Penelaian yang diberikan sebaiknya
tidak menitikberatkan pada produk, tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana
proses penyelesaian tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara
langsung setelah tugas diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat
dan semangat belajar peserta didik, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan
peserta didik yang harus diperiksa. (Mulyasa, 2006: 113-114)
e.
Evaluasi
Menurut pendapat Arief ( 2002 : 54 )
“Evaluasi dalam Pendidikan Islam
adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan islam
guna melihat sejauh mana keberhasilan
keberhasilan pendidikaan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidika Islam itu sendiri”.
Evaluasi perlu dilaksanakan untuk mengetahui
sejauh mana efektitas belajar dan mengajar,
prestasi belajar siswa, perkembangan
dan kemajuan murid. Selain itu
evaluasi dijadikan feedback atau umpan balik dimana dengan evaluasi dapat
diketahui kekurangan dan perkembangan
yang dicapai, sehingga bisa dicarikan
cara perbaikan da masa-masa yang akan datang. Jadi dengan demikian
evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam.
Untuk mencapai hasil yang
optimal dari evaluasi, maka evaluasi
harus dilakukan terus menerus dan menyeluruh, sebagai mana dikatakan oleh
Tafsir
“ Konsep utama dalam pelaksanaan
evaluasi adalah terus menerus dan menyeluruh. Terus menerus diterapkan dalam
bentuk penyelenggaraan test harian dari evaluasi ialah bahwa evaluasi haruslah
dilakukan terus menerus dan ( post test ), test bulanan ( formatif) dan test
akhir program ( sumatif ); menyeluruh diterapkan dengan menyelenggarakan
pengetesan yang ditunukan kepada seluruh dari binaan ( kognitif, afektif dan
psikomotorik); psikomotor itu mencakup seluruh aspek keterampilan melukan
dan melakukannya dalam kehidupan ( pengalaman )”.( Tafsir,1996 : 94)
3.
kualitas lulusan
Salah satu sarana yang efektif Untuk
membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang
teratur, berdaya guna, dan berhasil guna. (Arifin., 2003: 71)
Sejalan dengan tujuan pendidikan
Nasional, kurikulum disusun guna memberikan pengalaman belajar kepada peserta
didik yang tepat agar potensi mereka. Dapat berkembang secara optimal untuk
mencapai kompetensi tamatan secara utuh. Pembentukan kepribadian pada dasarnya
adalah upaya untuk mengubah sikap kearah kecendrungan terhadap nilai-nilai
keislaman. Perubahan sikap tidak terjadi secara spontan, tetapi diantaranya
disebabkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide dan
perubahan sikap harus dipelajari. (Jalaluddin. dan Usman., 1996:96)
Mutu dari hasil belajar murid sangat ditentukan oleh
kwalitas pengemasan pelajaran dan metodologi yang digunakan oleh pengajar
(guru). Sebagai pengajar guru berfungsi sebagai komunikator-sumber dan penyedia
imformasi .bagaimana guru menyaring, mengevaluasi imformasi yang tersedia dan
mengolahnya kedalam suatu bentuk yang cocok bagi kelompok penerima suatu
imformasi. (DEPAG RI, 2003: 41)
Dengan kata lain Pendidikan adalah
proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang
dimiliki menjadi kemampuan, yang dapat dimamfaatkan dalam kehidupannya
sehari-hari di masyarakat. ( Suderadjat, 2004:19)
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai
dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan
intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan niali) serta bidang
psikomotor (kemampuan/ keterampilan bertindak/ berperilaku). ”.(Sudjana, 2005:
49 )
Sehubugan dengan kompetensi yang
dijabarkan dari tujuan pendidikan Nasional butir kompetensi yang perlu mendapat
perhatian yaitu :
a.
Sikap (Afektif) Keagamaan
Bidang
afektif berkenaan dengan sikap dan
nilai, beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya,
bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.
Ada beberapa tingkatan bidang
afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai
tingkat dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks.
1)
Receiving/attending, yakni
semacam kepekaan dalam menerima ransangan (stimulasi) dari luar yang datang
pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau
ransangan dari luar.
2)
Responding atau jawaban. Yakni
reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari laur. Dalam
hal ini termasuk ketepatan reaksi , perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus
dari luar yang datang kepada dirinya.
3)
Valuing (penilaian). Yakni
berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.
Dalam evaluasi ini termsuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang
atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4)
Organisasi. Yakni pengembangan
nilai kepada suatu system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai
dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada
system nilai.
5)
Karakteristik nilai atau
internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua system nila yang telah
dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Disini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. ( Sudjana, 2005: 53 )
Manusia sebagai hasil pendidikan
Islam antara lain digambarkan dalam surat An-Nisa’ ayat 135 yaitu :
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jadilah
kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah
biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya
ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu
memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah
adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (An-Nisa’ : 135)(Depag RI ,1997:144 )
Yang hasil dari pendidikan Islam
secara rinci juga digambarkan dalam
surat Ali-Imron ayat 191 yaitu :
Artinya :”Yaitu Oang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan
tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ya Tuhan Kami, Tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami
dari siksa neraka”(Ali-Imron:191) (Depag RI, 1997
:110)
Yang menurut Hari Suderajat surat
diatas dapat ditafsirkan bahwa prilaku seorang mu’min yang berilmu antara lain
adalah:
1.
Beriman dan bertaqwa kepada
Allah Swt, dengan selalu mengingat Allah Swt baik dalam keadaan berdiri, duduk
ataupun berbaring.
2.
memikirkan fenomena alam,
sehingga memperoleh konsep-konsep keilmuan dan teknologi untuk digunakan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabatnya.
3.
Dalam mengamalkan ilmunya
selalu berorientasi kepada kebermaknaan bagi orang lain, karena Allah Swt
mencontohkan bahwa segala ciptaan-Nya selalu ada manfaatnya bagi mahluk
ciptaan-Nya, khususnya manusia sebagai mahluk yang paling mulia dimuka bumi.
Seperti yang tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yaitu :
Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui” (Al-Baqarah:30) (Depag RI, 1997:13)
4.
Dalam kehidupannya, mereka yang
berilmu selalu berhati-hati, takut terjadi kesalahan yang akan menyeretnya ke
azab neraka, oleh karena itu mereka selalu berusaha untuk berpegang pada tali
Allah Swt, yaitu Al-Qur’An (Suderadjat,2004:31)
b.
Kecakapan Hidup (Life skill)
Dalam rumusan tujuan pembelajaran,
kecakapan hidup atau life skill dapat didefinisikan sebagai suatu
kecakapan mengaplikasikan kemampuan dasar keilmuan atau kemampuan dasar
kejuruan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bermakna dan bermanfaat bagi
peningkatan taraf kehidupannya serta harkat dan martabatnya, dan juga
memberikan manfaat pada masyarakat dilingkungannya (Sudrajat,2004:23)
Menurut Kurikulum 2004 kecakapan
hidup merupakan kecakapan untuk memecahkan masalah secara Inovatif dengan
menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur yang telah dipelajari.(2004:
11)
Sedangkan Kecakapan hidup dalam
penjelasan atas UU Sisdiknas 2003 pasal 26 ayat 3 yaitu : pendidikan kecakapan
hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal,
kecakapan social, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja
atau usaha sendiri. (Suderajat, 2004: 19)
Bidang keahlian dalam dunia kerja
terbentuk atas hubungan manusai, benda, ide, dan data, dengan uraian sebagai
berikut:
1)
Bidang keahlian yang berkaitan
dengan manusia secara fisik jasmaniah adalah kelompok bidang keahlian layanan
sosial’
2)
Bidang keahlian yang berkaitan
dengan benda (hard ware) adalah keteknikan
3)
Bidang keahlian yang berkaitan
dengan ide dan juga berkaitan dengan benda adalah sains
4)
Bidang keahlian yang berkaitan
dengan manusia dan juga berkaitan dengan data (soft ware) adalah hubungan
bisnis,
5)
Bidang keahlian yang berkaitan
dengan benda dan juga berkaitan dengan data adalah operasi bisnis. (Suderadjat,
2004:20)
Contoh bentuk dari kecakapan hidup
siswa misalnya seorang siswa yang tinggal disebuah desa tanpa aliran listrik
dan didesanya terdapat sungai yang aliran airnya mengalir sepanjang tahun.
Disekolah dia telah mendapatkan pembelajaran tentang dynamo pembangkit listrik
dan sifat-sifat arus yang antara lain dapat menggerakkan baling-baling yang
dihubungkan dengan dynamo yang digantung dipermukaan air ditengah sungai,
sehingga diperoleh aliran listrik yang dapat digunakan untuk penerangan.
Kecakapan hidup atau life skill dapat
didefinisikan sebagai suatu kecakapan mengaplikasikan kemampuan dasar keilmuan
atau kemampuan dasar kejuruan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bermakna
dan bermamfaat bagi peningkatan taraf kehidupannya serta harkat dan
martabatnya, dan juga memberikan mamfaat bagi masyarakat dan lingkungannya (rahmatal
lil alamin). (Suderadjat, 2004:23)
Kecakapan hidup terdiri atas
kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skill) dan bersifat khusus
(specific life skill).
Kecakapan yang bersifat umum terdiri
dari :
1)
kecapan personal, dengan
beberapa komponen :
a)
kecakapan belajar (learning
skill)
b)
kecakapan beradabtasi
(adaptability)
c)
kecakapan menanggulangi (cope ability)
d)
motivasi
e)
kecakapan mengenal diri (self
awareness)
f)
kemandiriran, dan
g)
tangung jawab
2)
kecakapan social, meliputi
beberapa komponen:
a)
kecakapan berkomunikasi
b)
kecakapan bekerja kooperatif
dan kolaboratif (bekerja dalam kelompok), dan
c)
solidaritas
3)
kecakapan hidup yang bersifat
spesifik, merupakan keahlian dalam bentuk :
a)
kecakapan akademik, dan atau
b)
kecakapan vokasional
(Suderadjat, 2004:23-24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar