Sabtu, 26 November 2011

Lingkungan sebagai sumber belajar


Sumber Dan Bahan Ajar
 
1.            Pengertian Sumber dan Bahan Bahan Ajar
Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat Memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.Dalam hal ini nampak adanya beraneka ragam sumber belajar yang masing-masing memiliki kegunaan tertentu yang mungkin sama atau bahkan berbeda dengan sumber belajar lain.( Mulyasa 2005:177)
Yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. (Sanjaya, 2007 : 172)
Sedangkan yang dimaksud dengan bahan belajar adalah segala sesuatu yang mengandung pesan yang akan disampaikan kepada siswa (Sanjaya,2007:173)
2.            Pengembangan Sumber Belajar
Derasnya arus informasi yang berkembang di masyarakat menuntut setiap orang untuk bekerja keras agar dapat mengikuti dan memahaminya ,kalau tidak kita akan ketinggalan jaman.Demikian halnya dalam pembelajaran di sekolah, untuk memperoleh yang optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di dalam kelas , tetapi harus mampu dan mau menelusuri aneka ragam sumber belajar yang diperlukan. Guru dituntut tidak hanya mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah(apalagi hanya membaca buku ajar) tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber belajar, seperti majalah, surat kabar, dan internet.Hal ini penting,agar apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat,sehingga tidak terjadi kesenjangan dalam pola piker peserta didik.
Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat Memberikan kemudahan belajar, sehingga diperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan.Dalam hal ini nampak adanya beraneka ragam sumber belajar yang masing-masing memiliki kegunaan tertentu yang mungkin sama atau bahkan berbeda dengan sumber belajar lain.
Peran guru bukan semata-semata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitatingthe learning ) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan atau nilai yang baru. (Sagala dan saiful, 2007: 100)

Dari berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin di dayagunakan. Dalam pembelajaran sedikitnya dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1).          Manusia (people), yaitu orang yang menyampaikan pesan pengajaran secara langsung; seperti guru, konselor, administrator, yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar(by design). Disamping itu. Ada pula orang yang tidak diniati untuk kepentingan pembelajaran tetapi memiliki suatu keahlian yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran, misalnya penyuluh kesehatan,polisi,pemimpin perusahaan,dan pengurus koperasi. Orang-orang tersebut tidak diniati, tetapi sewaktu-waktu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran(learnig resources by utilization).
2).          Bahan(material), yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran; baik yang diniati secara khusus seperti film pendidikan, peta, grafik, buku paket,dan sebagainya, yang biasanya disebut media pengajaran(instructional media), maupun bahan yang bersifat umum; seperti film dokumentasi Pemilu Presiden bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.
3).          Lingkungan(setting), yaitu ruang dan tempat ketika sumber-sumber dapat berinteraksi dengan para peserta didik. Ruang dan tempat yang diniati secara sengaja untuk kepentingan , misalnya ruang perpustakaan, ruang kelas, laboratorium, dan ruang mikro teaching. Disamping itu ada pula ruang dan tempat yang tidak diniati untik kepentingan belajar, namun bisa dimanfaatkan;misalnya museum kebun binatang, kebun raya, candi, dan tempat-tempat beribadat.
4).          Alat peralatan(tools and equipment), yaitu sumber belajar untuk produksi dan memainkan sumber-sumber lain.Alat dan peralatan untuk produksi misalnya kamera untuk produksi foto, dan tape recorder untuk rekaman. Sedang alat dan peralatan yang digunakan untuk memainkan sumber lain, misalnya proyektor film, pesawat tv, danpesawat radio.
5).          Aktivitas(activities), yaitu sumber belajar yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan(facilitates)belajar,misalnya pembelajaran berprograma merupakan kombinasi antara teknik penyajian bahan dengan buku;contoh lainnya seperti simulasi dan karyawisata.( Mulyasa 2005:177-178)

Berdasarkan aneka ragam sumber belajar diatas, sumber belajar yang tersedia disekolah antara lain adalah : Perpustakaan, media massa, para ahli bidang studi, dan sumber-sumber masyarakat. Beberapa sumber belajar seperti perpustakaan selalu terdapat hamper di setiap tempat, demikian juga museum, meskipun jumlahnya terbatas. Sistem komunikasi yang sudah maju akan memberi kemudahan dalam mendayagunakan sumber-sumber tersebut. (Mulyasa 2005 : 179)
Media massa merupakan sumber belajar yang menyajikan informasi terbaru mengenai suatu hal. Informasi tersebut belum sempat dimuat sumber berupa buku, meskipun buku terbitan terbaru. Radio televise, surat kabar dan majalah merupakan sumber-sumber informasi terbaru mengenai kejadian-kejadian didaerah, ditingkat nasional, dan dunia. Tugas guru yang paling utama dalam hal ini adalah membimbing siswa agar dapat mendayagunakan dan memilih program yang sesuai dengan pembelajaran dan tingkat usianya. Ini penting karena tayangan-tayangan di media massa  seperti yang berlangsung sekarang cenderung merusak moral peserta didik. Jika orang tua dan guru tidak pandai-pandai mengarahkan anaknya, maka tayangan-tayangan di media massa akan merusak kepribadiannya. (Mulyasa 2005 :181)
Salah satu sumber terbaik untuk mendapatkan informasi mengenai suatu wilayah adalah orang – orang  yang tinggal di sekitar wilayah itu, Dalam kaitannya dengan sumber belajar yang ada dimasyarakat, UNESCO memberikan pengertian terhadap lingkungan, sumber belajar masyarakat, dan nara sumber, meskipun ketiganya digunakan dalam konteks pengkajian lingkungan dan masyarakat sebagai sumber belajar. Pengertian yang diberikan UNESCO tersebut adalah sebagai berikut :
a.             Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik,biologi,sosio ekonomi,dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung,dan berinteraksi dengan kehidupan seseorang.
b.            Sumbar masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada di masyarakat dan dapat memberikan kemudahan-kemudahan belajar.
c.             Ahli-ahli setempat diartikan sebagai orang yang memiliki pengetahuan khusus dalam masyarakat tertentu. (Mulyasa 2005 :181-182).

Pendayagunaan sumber belajar dalam pembelajaran memiliki arti yang sangat penting, selain melengkapi, memelihara, dan memperkaya khasanah belajar, sumber belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, yang sangat menguntungkan baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Pendayagunaan sumber belajar secara maksimal, memberikan kemungkinan untuk menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang kajian, sehingga pembelajaran senantiasa”up to date”, dan mampu mengikuti akselerasi teknologi dan seni dalam masyarakat yang mengglobal. 


3.            Manfaat Sumber Belajar
Manfaat dari setiap sumber belajar bergantung pada kemauan dan kemampuan guru dan peserta didik untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan pesan-pesan yang terkandung dalam sumber belajar yang didayagunakan.
Pada hakekatnya tidak ada satu sumber belajarpun yang dapat memenuhi segala macam keperluan. Oleh karena itu berbicara sumber belajar perlu dipandang dalam arti luas, jamak dan beraneka ragam. Dalam pemilihan suatu sumber belajar, yang pertama kli harus diperhatikan adalah kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Dengan kata lain bahwa sumber belajar tersebut dipilih dan digunakan dalam pembelajaran hanya apabila sesuai dan menunjang tercapainya tujuan, disamping factor-faktor lainnya. Secara umum kegunaan sumber belajar dapat dikemukkan sebagai berikut :
a.             Merupakan pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran yang ditempuh. Disini sumber belajar merupakan peta dasar yang perlu dijaga secara umum agar wawasan pembelajaran yang dikembangkan dapat dipahami lebih awal.
b.            Sebagai pemandu materi pembelajaran yang dipelajari, dan langkah-langkah orerasional untuk menelusuri secara lebih teliti materi dasar secara tuntas.
c.             Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh yang berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi dasar.
d.            Memberikan petunjuk dan deskripsi tentang hubungan antara apa yang dikembangkan dalam pembelajaran, dengan ilmu pengetahuan lainnya.
e.             Menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain sehubungan dengan pembelajaran yang sedang dikembangkan.
f.             Menunjukkan berbagai permasalahan yang timbul sebagai konsekuensi logis dari pembelajaran yang dikembangkan, yang menuntut adanya kemampuan pemecahan dari para guru dan peserta didik. (Mulyasa 2005 :182-183).

Kebijakan sentralisasi sektor pendidikan, secara teoritik memudahkan untuk melakukan kontrol terutama pencapaian standart mutu yang diharapkan. Akan tetapi pada kenyataanya, etos guru dalam mengajar tidak semuannya sesuai dengan harapan, karena mereka mengejar pencapaian target kurikulum, bukan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran.
Untuk kepentingan itulah, pemerintah menggulirkan berbagai paket kebijakan pendidikan yang secara keseluruhan meupakan rangkaian utuh. Salah satu kebijakan tersebut adalah Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang bertujuan menekankan pencapaian kompetensi-kompetensi yang ditentukan oleh sekolah.  
Menurut Dakir Kurikulum adalah:
 Suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistematik atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. (2004: 3)

Sedangkan dalam Sistem Pendidikan Nasional diugkapkan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu”. (2003: 5 )
Dari beberapa pendapat di atas, kurikulum merupakan salah satu alat pendidikan guna mengatur bahan pelajaran ataupun materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa agar siswa memiliki ilmu pengetahuan, kurikulum ini juga sebagai pedoman bagi penyelenggara suatu kegiatan belajar mengajar dalam suetu lembaga pendidikan (sekolah).
Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono adalah kegiatan guru secara terprogram dan terencana dalam desain intruksional, untuk membuat peserta didik belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. (Sagala dan saiful, 2007: 101)
Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu.”
Selanjutnya Syaiful Sagala , menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu : “ Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berfikir. Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses Tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa , yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. “ (Sagala,2003 : 63 )
Sedangkan arti kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan antara keterampilan dan sikap nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan bertindak ini dilakukan secara terus-menerus hingga memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu.
Untuk mencapai kompetensi itulah seorang guru harus mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam mengelola pembelajaran salah satunya adalah belajar dengan menggunakan pendekatan lingkungan yang berarti berarti peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di lingkungan sekitar,baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.dalam pada itu peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin di ketahui kepada orang lain di lingkungan mereka yang di anggap tahu tentang masalah yang di hadapi.
Guru sudah selayaknya dapat menjadikan sekolah sebagai tempat tumbuh suburnya potensi anak, diperlukan berbagai fasilitas belajar yang memadai seperti ruang kelas dan perlengkapannya, laboratorium dengan perlengkapannya, perpustakaan dengan perlengkapannya, media dan alat peraga, alat-alat olah raga, alat-alat kesenian, dan berbagai perlengkapan maupun fasilitas lainnya yang digunakan untuk keperluan belajar peserta didik. Untuk terlaksananya proses pendidikan disekolah dengan baik diperlukan sejumlah sarana, prasarana, dan perlengkapan fasilitas sekolah yang memadai sehingga proses pendidikan dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Aktivitas mengatur sumber daya, tenaga dan biaya untuk menunjang berlangsungya pendidikan.
Memberikan layanan secara prfesional di bidang sarana dan prasarana pendidikan dalam rangka terselenggaanya proses pendidikan secara efektif dan efisien. Secara rinci tujuannya adalah :
a.       Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan melalui system perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama
b.      Mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah secara tepat dan efisien
c.       Mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasaan sekolah, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi sisp pakai dalam setiap diperlukan oleh semua personal sekolah. (Sagala dan saiful, 2007: 117)

Berkaitan dengan pendekatan lingkungan ini,UNESCO (1980) mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat di dayagunakan oleh peserta  didik untuk kepantingan pembelajaran:
a.       lingkunan yang meliputi factor-faktor fisik,biologi,sosio ekonomi,dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung,dan berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.
b.      sumbar masyarakat yang meliputi setiap unsure atau fasilitas yang ada dalam suatu kelompok masyarakat.
c.       c.ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.

Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat di lakukan dengan dua cara:

a.         Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran.hal ini bisa di lakukan dengan metode karya wisata,metode pemberian tugas,dan lain-lain.
b.        Membawa sumber-sumber dari lingkungan ke sekolah (kelas)untuk kepentingan pembelajaran.sumber tsb bisa sumber asli,seperti nara sumber,bisa juga sumber  tiruan ,seperti model,dan gambar.
c.        Guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih lingkungan dan menentukan cara – cara yang tepat untuk mendayagunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan tema dan lingkungan yang akan didayagunakan hendaklah didiskusikan dengan peserta didik. (Mulyasa, 2006:1001-1002)

Dalam pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru bukan merupakan faktor yang besar pengaruhnya bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Melainkan guru diharapkan untuk mampu menjadi fasilitator dan mitra belajar bagi siswa sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
Setiap guru profesional harus menguasai pengetahuan yang mendalam dalam spesialisasinya. Pengusaan pengetahuan juga merupakan syarat yang penting di samping keterampilan lainnya. Sebagai pengajar guru dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan dan pembelajarannya di samping menguasai ilmu dan bahan yang akan diajarkan.

MTs Syarif Hidayatullah





Pengembangan Kurikulum


Pengembangan Kurikulum
1.      Pengertian  Pengembangan Kurikulum
Dalam khazanah ilmu pendidikan terdapat banyak definisi kurikulum yang diajukan oleh para ahli, perbedaan orientasi, cara pendekatan dan titik berat yang ditekankan oleh masing-masing ahli menyebabkan timbulnya berbagai variasi mengenai kurikulum ini. Hampir setiap ahli mempunyai rumusan sendiri, walaupun diantara berbagai definisi itu terdapat aspek-aspek persamaan.
Sementara itu Oemar Hamalik memberikan definisi kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan. (2003: 16)
Dari pengertian diatas nampak bahwa kurikulum diartikan secara tradisional, sebab hanya melalui sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan untuk dipelajari siswa. Aktivitas belajar selain mempelajari mata pelajaran yang ditawarkan tidak termasuk ke dalam kurikulum. Padahal sebagaimana diketahui, bahwa proses pendidikan sekolah maupun di luar sekolah mencakup berbagai aktivitas yang diarahkan kepada pembentukan pribadi anak, baik jasmaniah maupun rohaniah.
Sedangkan pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan kurikulum yang luas dan spesifik. ( Hamalik, 2007:183) sedangkan pendapat ahli yang lain mengatakan bahwa pengembangan kurikulum adalah suatu proses yang menentukan bagaimana pembuatan kurikulum akan berjalan. (Dimyati, Mujiono,2009:258)
Dalam pelaksanaan pendidikan diperlukan adanya perencanaan yang dilakukan dengan sistematis dan terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar bisa mengantarkan proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan sampai pada penilaian dalam pendidikan dikenal dengan kurikulum.
Kurikulum adalah, “Segala usaha sekolah untuk mempengaruhi anak belajar, didalam kelas, di halaman sekolah, maupun diluarnya ”atau“ Segala kegiatan dibawah tanggung jawab sekolah yang mempengaruhi anak dalam pendidikannya”. (Tim, 1993 : 98)
Pendapat tersebut merupakan kurikulum dalam pandangan modern. Sedangkan dalam pandangan tradisional, kurikulum diartikan sebagai seperangkat mata pelajaran yang disusun dan diajarkan pada suatu lembaga pendidikan. “Pembahasan kurikulum pada umumnya hanya terbatas pada program-program pelajaran yang tertulis dalam buku kurikulum”. (Tim, 1993 : 99)
Yang dimaksud dengan kurikulum dalam pembahasan ini adalah kurikulum dalam pandangan tradisional yakni serangkaian pelajaran yang diberikan di sekolah.

2.      Komponen Pengembangan Kurikulum
Penyelenggara pendidikan nasional dilakukan secara birokratik-sentralistik, sehingga menempatkan sekolah sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi yang mempunyai jalur sangat panjang dan kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional (Mulyasa, 2004:180
Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan me sehingga menjadi “pendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran (lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991:232). Selanjutnya, pengertian “pendidikan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok oramg dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Syah, 2007:10).
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidik) artinya memberi peningkatan ( to elicit, to give rise to), dan mengembangkan ( to evolve, to develop). Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989) (Syah, 2007:10).
Akar kata pendidikan adalah “didik” atau “pendidik” yang secara harfiah artinya memelihara dan memberi latihan. Sedangkan “pendidikan“, seperti yang pernah penyususn singgung sebelum ini adalah tahapan-tahapan kegiatan mengubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Syah, 2007:32).
Dalam bahasa Arab, pendidikan disebut “terbiyah” yang berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia pada fase-fase awal kehidupannya yakni pada tahap perkembangan masa bayi dan kanak-kanak (Jalal, 1988). Dalam sebuah Kamus Arab-Inggris Modern disebutkan bahwa kata rabba, dan tarababa. Dan tarabbabal walada memiliki arti yang sama yakni to foster atau to bring up (Elias & Elias, 1982), artinya memelihara/mengasuh anak. Dalam bahasa Inggris, pendidikan disebut education yang kata kerjanya  to educate. Padanan kata ini adalah to civilize, to develop, artinya memberi peradapan dan pengembangan. Istilah education memiliki dua arti, yakni arti dari sudut orang yang menyelenggarakan pendidikan dan arti dari sudut orang yang mendidik. Dari sudut pendidik, education berarti perbuatan atau proses memberikan pengetahuan. Sedangkan dari sudut peserta didik, education, berarti proses atau perbuatan memperoleh pengetahuan (Syah, 2007:32-33)
Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimiliki menjadi kemampuan, yang dapat dimamfaatkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. ( Suderadjat, 2004:19)
Menurut Crow dan Crow kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran melipiti:
1.            penguasaan  subject-matter yang akan dikerjakan;
2.            keadaan fisik dan kesehatanya
3.            sifat-sifat pribadi dan control emosinya;
4.            memahami sifat – hakikat dan perkembangan manusia;
5.            pengetahuan dan kemampuan untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar;
6.            minatnya terhadap perbaikan professional dan pengayaan cultural yang terus-menerus dilakukan (Hamzah B. Uno, 2008:132).

Kurikulum merupakan merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang dinamis. Ini berarti bahwa kurikulum selalu mengalami perkembangan dan penyesuaian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Sehingga dengan demikian penyusunan kurikulum harus disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di masyarakat, karena pada akhirnya masyarakatlah yang akan menikmati hasil dari pendidikan tersebut.
Penyusunan kurikulum yang baik, stabil, dan terarah merupakan pekerjaan yang tidak mudah dan memerlukan waktu dan proses yang relatif panjang, karena kurikulum tidak hanya berisi teori-teori saja akan tetapi juga berorientasi pada pembinaan dan pembangunan mental manusia guna mencapai tujuan pendidikan nasional. (Tim, 1983 : 68)
 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kurikulum pendidikan agar memperoleh hasil yang optimal.
Dalam konteks pengembangan kurikulum, kompetensi adalah perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dalam kurikulum, kompetensi sebagai tujuan pembelajaran itu dideskripsikan secara eksplisit, sehingga dijadikan standar dalam pencapaian tujuan kurikulum. (Sanjaya, 2006 : 68)
a.       Tujuan Pengembangan Kurikulum
b.      Konten Kurikulum
c.       Sumber Materi Kurikulum
d.      Implementasi Kurikulum
e.       Evaluasi Kurikulum ( Hamalik, 2007:187-191)
Menurut Sttufflebeam dan Shinkfield (1985) Evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu obyek. Dalam melakukan suatu obyek dalam melakukan suatu evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai suatu program, sehingga ada unsure judgment tentang nilai suatu program, sehingga dalam proses evaluasi ada unsure obyektif. (Mimin, 2006 : 17)
Salah satu unsur penting dalam pendidikan adalah evaluasi. Evaluasi dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan yang telah dicapai oleh  anak didik selama proses  belajar-mengajar berlangsung. Evaluasi berasal dari bahasa Inggris “Evaluation” yang berarti penilaian atau penafsiran. (Echol dan Sadily, 1983 : 220)
Sedangkan menurut istilah sebagaimana dikatakan oleh Chabib Thoha, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu obyek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolok ukur untuk memperoleh kesimpulan. (Thoha, 2001 : 1)
Dari pendapat tersebut, dapat dipahami evaluasi adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan obyek yang dievaluasi.
Sedangkan evaluasi dalam pendidikan sebagaimana dikatakan oleh Shaleh bahwa, “Evaluasi atau penilaian adalah proses yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui, memahami dan menggunakan hasil kegiatan belajar anak atau siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan”. (2000 : 75)
Sedangkan menurut Arief, “Evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri”. (2002 : 54)
Dengan demikian evaluasi Pendidikan Agama Islam  adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan Pendidikan Agama Islam  yang dilakukan dalam suatu periode tertentu.
Evaluasi perlu dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas belajar mengajar, prestasi anak didik, perkembangan dan kemajuan yang dicapai oleh anak didik. Selain itu evaluasi juga berfungsi sebagai umpan balik atau feedback, dimana dengan evaluasi dapat dikatahui kekurangan-kekurangan sehingga bisa dicarikan jalan keluar dimasa yang akan datang.
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari evaluasi maka, evaluasi harus dilakukan dengan terus-menerus dan menyeluruh, sebagaimana dikatakan oleh Tafsir:
Prinsip utama dalam pelaksanaan evaluasi adalah terus-menerus dan menyeluruh. Terus-menerus diterapkan dalam bentuk penyelenggaraan test harian (post test), test bulanan (formatif) dan test akhir program (sumatif); menyeluruh diterapkan dengan menyelenggarakan pengetesan yang ditujukan pada seluruh dari binaan (kognitif, afektif, dan psikomotorik); psikomotor itu mencakup seluruh aspek keterampilan melakukan dan melakukannya dalam kehidupan (pengalaman). (1996 : 94)

Jumat, 25 November 2011

contoh pendidikan masa depan


pendidikan yang berkualitas


 Pendidikan yang berkualitas


1.            Pengertian kualitas pendidikan
Pendidikan yang menurut Ki Hajar Dewantara dalam kongres Taman Siswa yang pertama pada tahun 1930 menyebutkan : Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan  batin, karakter), pikiran (intelektual), dan tubuh anak; dalam Taman Siswa tidak boleh dipisah-pisahkan bagian-bagian itu agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, kehidupan dan penghidupan anak yang kita didik selaras dengan dunianya. (Ihsan,2005:5)

Sekolah yang merupakan salah satu lembaga yang mempertemukan antara guru dan murid merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan mensukseskan pendidikan dan pengajaran anak-anak. Tentunya pendidikan dan pengajaran yang berdasarkan pada metode yang benar. Yang menurut Ihsan pendidikan sekolah adalah pendidikan disekolah, yang teratur, sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi (2005:42) Hal tersebut dimaksudkan untuk mempersiapkan tiap-tiap individu anak dengan persiapan yang matang, untuk kepribadiannya dan membina perilaku-perilakunya.
Dalam era globalisasi dan IPTEK, masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan dan pengajaran Agama ialah sebagaimana pendidikan agama itu dapat diterima oleh anak didik secara utuh, dengan berbagai aspek yang dimiliki oleh anak didik dan tujuan pendidikan yang diharapkan. Hal ini menuntut seorang pendidik/ guru untuk menguasai metodologi pelajaran, dengan harapan dapat diperoleh hasil belajar seoptimal mungkin. Sejalan dengan itu perlu adanya pembaharuan bidang metodologi, strategi belajar maupun dalam bidang pendidikan agama pada proses belajar mengajar.
Secara umum tujuan Pendidikan Agama Islam adalah membentuk insan kamil yang memiliki kepribadian utuh, yakni manusia yang pasrah dan menyerahkan sepenuhnya kehidupannya sebagai hamba Allah dan mampu mengoptimalkan potensi dan kemampuannya dalam mengelola bumi dan segala yang terkandung didalamnya, sehingga dengan demikian tugas manusia sebagai kholifah Allah di bumi dapat dijalankan dengan baik.
Perkembangan pendidikan Islam di Indonesia antara lain ditandai oleh munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari yang amat sederhana sampai dengan tahap yang terhitung modern dan lengkap, lembaga-lembaga tersebut telah memainkan fungsi dan peranannya sesuai dengan tuntutan masyarakat pada zamannya. Untuk mempertahankan eksistensi kelembagaan pendidikan Islam dimasyarakat perlu dilakukan inovasi yang benar-benar mendukung tujuan pendidikan nasional baik ditingkat dasar, menengah maupun perguruan tinggi.
Dalam “proses pendidikan” yang bermutu terlibat berbagai input, seperti: Bahan ajar (kognitif, afektif dan psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana, sumber data lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif.


2.            Sistem Pendidikan
Sistem adalah atu kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan dan saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah diterapkan.(Sanjaya,2006: 45)
Berdasarkan pengertian diatas, maka ada tiga hal penting yang menjadi karakteristik suatu sistem yaitu :
a.       Setiap system pasti memiliki Tujuan
b.      Sebuah sistem selalu mengandung proses
c.       Suatu system selalu melibatkan dan memanfaatkanberbagai komponen atau unsur – unsur tertentu. (Sanjaya,2006: 45-46)
Penyusunan standart proses pendidikan diperlukan untuk menentukan kegiatan yang dilakukan oleh guru sebagai upaya ketercapaian Standart kompetensi lulusan. Dengan demikian standart proses dapat dijadikanpedoman oleh setiap guru dalam pengelolaan proses pembelajaran serta menentukan komponen-komponen yang dapat mempengaruhi proses pendidikan.
a.       Tujuan Pendidikan Agama  Islam
Tujuan  pendidikan adalah  sesuatu  yang hendak  dicapai dengan kegiatan  pendidikan, dari tidak  ada menjadi ada, dari  tidak  bisa menjadi bisa  dan dari  tidak bersikap menjadi bersikap  seperti yang diharapkan.
Tujuan Pendidikan Agama  Islam  adalah  kepribadian muslim, yaitu  suatu kepribadian yang seluruh aspeknay  dijiwai oleh  ajran Islam.Orang yang berkepribadian Islam didalam Al-Qur’an disebut “Muttaqun” karEna itu Pendidikan Islam  berarti pembentuka  manusia  yang bertaqwa”. (1992 : 60)
Tujuan Pendidikan Agama  Islam tersebut sejalan denagn tujaun pendidikan nasional. Dimana tujuan pendidikan nasional adalah  mencerdaskan kehidupan bangsa dan  mengembangkan manusia seutuhnyayaitu  manusia yang beriman  dan bertaqwa pada Tuaha Yang Maha Esa dan berbudi pekeri luhur, memiliki pengetahuan dan keterampuilan, kesehatah  jasmani dan  rohani berkepribadian yang mantap dan mandiri  serta  rasa tanggung   jawab  kemasyarakatan dan kebangsaan (UU SPN No 20 th 2003 )
b.      Kurikulum Pendidikan Agama Islam
 “Kurikulum berasal dari bahasa Yunani “ Currer “ yang artinya jarak yang harus ditempuh” ( Zuhairini, 1983 : 57 ). Jadi kurikulum merupakan suatu  proses yang harus ditempuh  dalam rangka  mencapai tujuan.
“Secara tradisional kurikulum diartikan  sebagai mata  pelajaran yang diajarkan  di  sekolah”.( Nasution 1993 : 9 ).”Sedangkan pada modern kurikulum didefinisikan  sebagai yang  secara nyata terjadi dalam  proses  pendidikan  di sekolah”.( Tafsir, 2001 : 53 ). Zuhairini mengatakan ”Kurikulum meliputi semua yang menjadi tanggung jawab sekolah guna mendidik anak” (1983 : 58).
Sedangkan menurut Subandiyah “kurikulum  adalah suatu  “rencana / plan”  yang dikembangkan untuk memperlancar proses  belajar mengajar dengan  arahan an bimbingan  sekolah serta anggota  stafnya”. (1994 : 45 ).
Dengan demikian kurikulum Pendidikan Agama  Islam  adalah semua aktifitas dan pengalaman yang diatur oleh pendidik dengana sistematis guna mencapai tujuan Pendidikan Agama  Islam.
1.      Penyusunan  kurikulum Pendidikan Agama  Islam
Penyusunan kurikulum  yang  baik, stabil  dan terarah bukanlah merupakan pekerjaan  yang  mudah, hal  inin memerlukan waktu  dan proses yang  panjang untuk  mematangkannya. Kurikiulum bukan hanya berisi teori-teori, tetapi  juga  harus  berorientasi  pada  pembinaan dan pembangunan mental  manusiaguna  mencapai  tujuan pendidikan  nasional, yakni  masyarakat yang  adil  dan  makmur. 
2.      Isi kurikulum Pendidikan Agama  Islam
Menurut  Hamalik isi kurikukulum  isi kurikulum adalah  kleseluruhan materi dan kegaiatan yang disusun dalam urutan ruang lingkup yang mencakup  bidang oengaaran, mata pelajaran, masalah-masalah dan –proyek-proyek  yang perlu dikerjakan (1993 : 58)
Untuk mencapai hasil yang  yang maksimal dari pelaksanaan Pendidikan Agama  Islam, maka  isi  atau materi Pendidikan Agama  Islam  harus mengacu pada  tujuan yang ingin dicapai. Materi Pendidikan Agama  Islam merupakan hal substansial  dalam pendidiakan Islam , karena isi itulah yang akan diambil, dipegang  dan dihayati oleh peserta didik dalam  kehidupan sehari-hari. Oleh  karna  itu, maka pemilihan  materi atau  isi kurikulum harus  selektif  agar bisa selaras dengan tujuan yang diinginkan.
Adapun isi kurikulum Pendidikan Agama  Islam  pada lembaga madrasah  (Tsanawiyah)  terdiri dari pelajaran-pelajaran agama seperti Akidah , Syri’ah, akhlak, hadits, Bahasa Arab dan lain-lain. Mata pelajaran tersebut dilengkapi juga dengan  beberapa mata pelajaran umum karena  pada dasarnya antara ilmu  agama dengan ilmu umum tidak bisa dipisahkan, itu menjadi  satu kesatuan yang berkaitan  dan   tidak   lepas  dari  nilai - nalai  islami  dalam  materi-materi tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam penyusunan materi Pendidikan Agama  Islam adalah efek manfaat dari kurikukulum tersebut, untyuk itu kurikulum  harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sebagaimana dikatakan oleh Arief “ Agar materi yang diberikan bermanfaat bagi  kehidupan  didik, hendaknya materi tersebut harus  sesuai  dengan tuntutan zaman dan kesempurnaan anak didik   tanpa melupakan esensi dari ajaran islam itu sendiri”.( 2002 : 35 ).
c.       Pengertian Metodologi Pembelajaran
Istilah metodologi pembelajaran sebenarnya sama dengan metodik, yakni suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara atau teknik menyajikan bahan pelajaran terhadap siswa agar tecapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien. (STAIN Jember, 2005:28).
Menurut Jalaluddin. dan Said Metode adalah cara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik (peserta didik). (1996:52). Sedangkan Djamarah dan Zain mengatakan bahwa metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses belajar mengajar(2002:177)
 Metodologi adalah “suatu ilmu yang membicarakan cara bagaimana teknik penyajian bahan pelajaran terhadap siswa agar lebih memudahkan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien”. (Basyiruddin dalam Syaifullah, 2004:2).
Jadi metodologi merupakan ilmu yang membicarakan tentang cara menyajikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Menurut Arifin tentang Metode pendidikan Islam adalah jalan yang harus dilalui dimana factor iman dan kemampuan bertaqwa dalam prilaku pribadi dan social, dijadikan pusat program kurikuler baik dilembaga pendidikan umum maupun keagamaan (madrasah) dan sebagainya. (2003:77)
Cara mengajar yang mempergunakan teknik yang berbagai jenis dan dilakukan secara tepat dan penuh pengertian oleh guru, akan memperbesar minat belajar anak didik dan karena itu pula akan mempertinggi hasil pelajaran mereka. Dengan bimbingan, ajakan, rangsangan serta kesempatan yang diberikan kepada para murid untuk ikut serta mengemukakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, menganalisa, merumuskan, membuat laporan, berdiskusi dan sebagainya, berarti membawa anak didik pada situasi belajar yang sesungguhnya, bukan sekedar mendengarkan ceramah guru. (Usman, 2001:9).
Kesiapan mental anak dalam menerima pelajaran harus diperhatikan oleh seorang pendidik, karena perbedaan latar belakang individual anak, baik dari segi kehidupan/keturunan, tingkat usia perkembangan/kematangan, maupun tingkat kemampuan berfikirnya sangat mempengaruhi kesiapan anak didik dalam menerima pelajaran.
Sehingga di sini dapat diambil pengertian bahwa dalam pola pendidikan modern tampak jelas bahwa anak didik adalah sebagai titik pusat terjadinya proses belajar mengajar, oleh karena itu seorang guru haruslah memperhatikan kesipan mental anak didik agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efesien.
Menurut Uhbiyat bahasan metodologi pengajaran, tidak terbatas pada bahasan tentang hal-hal pengajaran akan tetapi membahas persoalan yang lebih luas seperti
1)      pengurusan (managerial) yang meliputi admitistrasi dan kepegawaian.
2)      Pendidikan guru
3)      Buku-buku teks
4)      teknologi pendidikan
Atau secara singkat dapat disebut segala hal yang dapat membuat proses pengajaran menjadi efektif (1999:87)

d.      Macam-macam Metodologi Pembelajaran
Pemahaman akan pengertian dan pandangan akan banyak mempengaruhi peranan dan aktivitas guru dalam mengajar, sebaliknya, aktivitas guru dalam mengajar serta aktivitas siswa dalam belajar sangat bergantung pula pada pemahaman guru terhadapa mengajar. Mengajar bukan sekedar proses penyampaian ilmu pengetahuan, melainkan terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang cukup kompleks. (Usman, 2002: 6)
Penggunaan metode dalam penyajian sebuah materi pelajaran tergantung pada pertimbangan penggunaan metode dengan materi pelajaran, apa bila pelajaran Agama  maka metode yang digunakan melihat materi Agama apa yang akan disampaikan kepada siswa tersebut. Serta kemampuan apa yang ingin diperoleh dari siswa.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran. Pembelajaran perlu dilakukan dengan sedikit ceramah dan metode-metode yang berpusat pada guru, serta lebih menekankan pada interaksi peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. (Mulyasa, 2006: 107)


 Adapun beberapa macam metode pembelajaran yaitu :
1)      Metode Mutual Education
Mutual education adalah metode mendidik secara kelompok seperti yang dicontohkan oleh Nabi dalam mengajarkan tata cara sholat yaitu dengan mendemonstrasikan cara-cara sholat yang baik. Dengan cara berkelompok inilah maka proses mengetahui dan memahami akan lebih efektif, karena tidak hanya dari pengajar saja pemahaman itu diperoleh akan tetapi juga dari teman belajar dalam kelompok itu sendiri. (Uhbiyat, 1999:110)
2)      Metode Ceramah
Yaitu metode yang menggunakan pemaparan bahan pelajaran secara lisan (Sudjana, 2005:77)
Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam menggunakan metode ceramah adalah sebagai berikut.
a)      Rumuskan tujuan intruksional khusus, mengembangakan pokok-pokok materi belajar-mengajar, dan mengkajinya apakah hal tersebut tepat diceramahkan.
b)      Apabila akan divariasikan dengan metode lain, perlu dipikirkan apa yang akan disampaikan dengan metode lainnya.
c)      Siapkan alat peraga atau media pelajaran secara matang, alat peraga atau media apa yang akan dogunakan, bagaimana menggunakannya dan kapan akan digunakan. Demikian halnya kalau akan menggunakan alat pengeras suara.
d)     Perlu dibuat garis besar bahan yang akan diceramahkan, minimal berupa cacatan kecil yang akan dijadikan pengangan guru pada waktu berceramah. (Mulyasa, 2006:114)

3)      Metode Demonstrasi
Yaitu metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar tiruan. Sebagai metode penyajian tidak terlepas dari penjelasan lisan oleh guru. (Sanjaya, 2006:150) 
Agar pembelajaran dengan menggunakan metode demontrasi berlangsung secara efektif, langkah-langkah yang di anjurkan adalah sebagai berikut
a)      Lakukanlah perencanaan yang matang sebelum pembelajaran dimulai. Hal-hal tertentu perlu dipersiapkan, terutama fasilitas yang akan digunakan untuk kepentingan demontrasi,
b)      Rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan metode demontrasi, dan pilihlah yang materi yang tepat untuk didemontrasikan
c)      Buatlah garis besar langkah-langkah demontrasi, akan lebih efektif  jika yang dikuasai dan dipahami baik oleh peserta didik maupun oleh guru.
d)      Tetapkanlah apakah demontrasi tersebut akan dilakukan guru atau oleh peserta didik, atau oleh guru kemudian diikuti oleh peserta didik.
e)      Mulailah demontrasi dengan menarik perhatian seluruh peserta didik, dan ciptakanlah suasana yang tenang dan menyenangkan.
f)        Upayakanlah agar semua peserta didik terlibat secara aktif  dalam kegiatan pembelajaran.
g)      Lakukanlah evaluasi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap efektivitas metode demontrasi maupun terhadap hasil belajar peserta didik. (Mulyasa, 2006: 107-108)
4)      Metode cerita
Yaitu metode dengan mengisahkan peristiwa sejarah hidup manusia masa lampau yang menyangkut ketaatannya atau kemungkarannya. (Uhbiyat, 1999:111)
5)      Metode bimbingan dan penyuluhan
Yaitu metode dengan memberi bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau hambatan-hambatan yang di alami siswa dalam belajar. (Uhbiyati, 1999: 114)
6)      Metode teladan
Yaitu metode dengan memberikan contoh dan teladan langsung terhadap peserta didik.
7)      Metode diskusi
yaitu cara penyajian pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa pernyataan atau pertayaan yang bersifat problematis untuk dibahas dan dipecahkan bersama-sama. (Djamarah, 1993 : 99)
8)      Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada murid, tetapi dapat pula dari siswa kepada Guru (Djamarah,1993:107 ) Sedangkan menurut sudjana adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung bersifat Two way traffic sebab disaat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. (2005:78)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode tanya jawab adalah sebagai berikut.
a)      Guru perlu menguasai bahan secara penuh, jangan sekali-kali mengajukan pertanyaan guru sendiri tidak memahaminya atau tidak tau jawabannya.
b)      Siapkanlah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada peserta didik sedemikian rupa, agar pembelajaran tidak menyimpang dari bahan yang sedang dibahas, mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran dan sesuai dengan kemampauan berfikir peserta didik. . (Mulyasa, 2006: 116)

Pertanyaan yang baik memiliki kriteria sebagai berikut
a)      Memberi acuan, pertanyaan yang memberi acuan adalah suatu bentuk pertanyaan yang sebelumnya diberikan uraian singkat tentang apa-apa yang akan ditanyakan, jadi pertanyaan tersebut merupakan kelanjutan dari ceramah atau ceritera guru.
b)      Memusatkan jawaban, pertanyaan yang di ajukan perlu dipusatkan pada apa-apa yang menjadi tujuan kegiatan pembelajaran.
c)      Memberi tuntunan, guru dapat menuntun peserta didik dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun mereka pada jawaban yang benar.
d)     Melacak jawaban peserta didik, guru  mengajukan beberapa peertanyaan kembali meskipun jawaban atas pertanyaan pertama sudah benar. . (Mulyasa, 2006: 116)

9)      Metode penugasan
Yaitu guru memberikan seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara  individual maupun secar kelompok. (Mulyasa:2006:113)
Agar metode penugasan dapat berlangsung efektif, guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Tugas harus direncanakan secara jelas dan sistematis, terumata tujuan penugasan dan cara pengerjaannya. Sebaiknya tujuan penugasan dikomunikasikan kepada peserta didik agar tahu arah tugas yang dikerjakan.
b)      Tugas yang diberikan harus dapat dipahami peserta didik, kapan mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara invidu atau kelompok, dan lain-lain. Hal-hal tersebut akan sangat menentukan efektivitas penggunaan metode penugasan dalam pembelajaran.
c)      Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama kalau tugas tersebut diselesaikan di luar kelas
d)     Perlu diupayakan guru guru mengontrol proses penyelesaian tugas yang dikerjakan oleh peserta didik. Jika tugas tersebut diselesaikan di kelas guru bisa berkeliling mengontrol pekerjaan peserta didik, sambil memberikan motivasi dan bimbingan terutama bagi peserta didik yang mendapat kesulitan dalam penyelesaian tugas tersebut. Jika tugas tersebut diselesaikan di luar kelas, guru bisa mengontrol dari para peserta didik. Oleh karena itu, dalam penugasan yang harus diselesaikan di luar kelas sebaiknya peserta didik diminta untuk memberikan laporan kemajuan mengenai tugas yang dikerjakan.
e)      Berikanlah penilaian secara proposional terhadap tugas-tugas yang dikerjakan peserta didik. Penelaian yang diberikan sebaiknya tidak menitikberatkan pada produk, tetapi perlu dipertimbangkan pula bagaimana proses penyelesaian tugas tersebut. Penilaian hendaknya diberikan secara langsung setelah tugas diselesaikan, hal ini disamping akan menimbulkan minat dan semangat belajar peserta didik, juga menghindarkan bertumpuknya pekerjaan peserta didik yang harus diperiksa. (Mulyasa, 2006: 113-114)

e.       Evaluasi
Menurut pendapat Arief  ( 2002 : 54 )  “Evaluasi dalam Pendidikan  Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan islam guna melihat  sejauh mana keberhasilan keberhasilan pendidikaan yang selaras dengan nilai-nilai  Islam sebagai tujuan dari  pendidika Islam itu  sendiri”. 
 Evaluasi perlu dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana efektitas belajar dan mengajar,  prestasi belajar siswa, perkembangan  dan kemajuan murid. Selain  itu evaluasi dijadikan feedback atau umpan balik dimana dengan evaluasi dapat diketahui kekurangan  dan perkembangan yang dicapai, sehingga bisa dicarikan  cara perbaikan da masa-masa yang akan datang. Jadi dengan demikian evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam pelaksanaan Pendidikan Agama  Islam.
Untuk mencapai hasil yang optimal  dari evaluasi, maka evaluasi harus dilakukan terus menerus dan menyeluruh, sebagai mana dikatakan oleh Tafsir
“ Konsep utama dalam pelaksanaan evaluasi adalah terus menerus dan menyeluruh. Terus menerus diterapkan dalam bentuk penyelenggaraan test harian dari evaluasi ialah bahwa evaluasi haruslah dilakukan terus menerus dan ( post test ), test bulanan ( formatif) dan test akhir program ( sumatif ); menyeluruh diterapkan dengan menyelenggarakan pengetesan yang ditunukan kepada seluruh dari binaan ( kognitif, afektif dan psikomotorik);  psikomotor itu  mencakup seluruh aspek keterampilan melukan dan melakukannya dalam kehidupan ( pengalaman )”.( Tafsir,1996 : 94)
3.            kualitas lulusan
Salah satu sarana yang efektif Untuk membina dan mengembangkan manusia dalam masyarakat adalah pendidikan yang teratur, berdaya guna, dan berhasil guna. (Arifin., 2003: 71)
Sejalan dengan tujuan pendidikan Nasional, kurikulum disusun guna memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik yang tepat agar potensi mereka. Dapat berkembang secara optimal untuk mencapai kompetensi tamatan secara utuh. Pembentukan kepribadian pada dasarnya adalah upaya untuk mengubah sikap kearah kecendrungan terhadap nilai-nilai keislaman. Perubahan sikap tidak terjadi secara spontan, tetapi diantaranya disebabkan oleh adanya hubungan dengan obyek, wawasan, peristiwa atau ide dan perubahan sikap harus dipelajari. (Jalaluddin. dan Usman., 1996:96)
Mutu dari hasil belajar murid sangat ditentukan oleh kwalitas pengemasan pelajaran dan metodologi yang digunakan oleh pengajar (guru). Sebagai pengajar guru berfungsi sebagai komunikator-sumber dan penyedia imformasi .bagaimana guru menyaring, mengevaluasi imformasi yang tersedia dan mengolahnya kedalam suatu bentuk yang cocok bagi kelompok penerima suatu imformasi. (DEPAG RI, 2003: 41)

Dengan kata lain Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia dalam arti mengaktualisasikan semua potensi yang dimiliki menjadi kemampuan, yang dapat dimamfaatkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat. ( Suderadjat, 2004:19)
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan niali) serta bidang psikomotor (kemampuan/ keterampilan bertindak/ berperilaku). ”.(Sudjana, 2005: 49 )
Sehubugan dengan kompetensi yang dijabarkan dari tujuan pendidikan Nasional butir kompetensi yang perlu mendapat perhatian yaitu :
a.       Sikap (Afektif) Keagamaan
Bidang afektif  berkenaan dengan sikap dan nilai, beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila seseorang telah menguasai bidang kognitif tingkat tinggi.
Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks.
1)            Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima ransangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau ransangan dari luar.
2)            Responding atau jawaban. Yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari laur. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi , perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.
3)            Valuing (penilaian). Yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termsuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
4)            Organisasi. Yakni pengembangan nilai kepada suatu system organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada system nilai.
5)            Karakteristik nilai atau internalisasi nilai yakni keterpaduan dari semua system nila yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Disini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya. ( Sudjana, 2005: 53 )
Manusia sebagai hasil pendidikan Islam antara lain digambarkan dalam surat An-Nisa’ ayat 135 yaitu :

  

Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (An-Nisa’ : 135)(Depag RI ,1997:144 )

Yang hasil dari pendidikan Islam secara rinci juga digambarkan  dalam surat Ali-Imron ayat 191 yaitu :

   
Artinya :”Yaitu Oang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka”(Ali-Imron:191) (Depag RI, 1997 :110)

Yang menurut Hari Suderajat surat diatas dapat ditafsirkan bahwa prilaku seorang mu’min yang berilmu antara lain adalah:
1.      Beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt, dengan selalu mengingat Allah Swt baik dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.
2.      memikirkan fenomena alam, sehingga memperoleh konsep-konsep keilmuan dan teknologi untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat meningkatkan harkat dan martabatnya.
3.      Dalam mengamalkan ilmunya selalu berorientasi kepada kebermaknaan bagi orang lain, karena Allah Swt mencontohkan bahwa segala ciptaan-Nya selalu ada manfaatnya bagi mahluk ciptaan-Nya, khususnya manusia sebagai mahluk yang paling mulia dimuka bumi. Seperti yang tertuang dalam surat Al-Baqarah ayat 30 yaitu :


Artinya : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (Al-Baqarah:30) (Depag RI, 1997:13)

4.      Dalam kehidupannya, mereka yang berilmu selalu berhati-hati, takut terjadi kesalahan yang akan menyeretnya ke azab neraka, oleh karena itu mereka selalu berusaha untuk berpegang pada tali Allah Swt, yaitu Al-Qur’An (Suderadjat,2004:31)
b.      Kecakapan Hidup (Life skill)
Dalam rumusan tujuan pembelajaran, kecakapan hidup atau life skill dapat didefinisikan sebagai suatu kecakapan mengaplikasikan kemampuan dasar keilmuan atau kemampuan dasar kejuruan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bermakna dan bermanfaat bagi peningkatan taraf kehidupannya serta harkat dan martabatnya, dan juga memberikan manfaat pada masyarakat dilingkungannya (Sudrajat,2004:23)
Menurut Kurikulum 2004 kecakapan hidup merupakan kecakapan untuk memecahkan masalah secara Inovatif dengan menggunakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur yang telah dipelajari.(2004: 11)
Sedangkan Kecakapan hidup dalam penjelasan atas UU Sisdiknas 2003 pasal 26 ayat 3 yaitu : pendidikan kecakapan hidup (life skill) adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan social, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha sendiri. (Suderajat, 2004: 19)
Bidang keahlian dalam dunia kerja terbentuk atas hubungan manusai, benda, ide, dan data, dengan uraian sebagai berikut:
1)            Bidang keahlian yang berkaitan dengan manusia secara fisik jasmaniah adalah kelompok bidang keahlian layanan sosial’
2)            Bidang keahlian yang berkaitan dengan benda (hard ware) adalah keteknikan
3)            Bidang keahlian yang berkaitan dengan ide dan juga berkaitan dengan benda adalah sains
4)            Bidang keahlian yang berkaitan dengan manusia dan juga berkaitan dengan data (soft ware) adalah hubungan bisnis,
5)            Bidang keahlian yang berkaitan dengan benda dan juga berkaitan dengan data adalah operasi bisnis. (Suderadjat, 2004:20)

Contoh bentuk dari kecakapan hidup siswa misalnya seorang siswa yang tinggal disebuah desa tanpa aliran listrik dan didesanya terdapat sungai yang aliran airnya mengalir sepanjang tahun. Disekolah dia telah mendapatkan pembelajaran tentang dynamo pembangkit listrik dan sifat-sifat arus yang antara lain dapat menggerakkan baling-baling yang dihubungkan dengan dynamo yang digantung dipermukaan air ditengah sungai, sehingga diperoleh aliran listrik yang dapat digunakan untuk penerangan.     
Kecakapan hidup atau life skill dapat didefinisikan sebagai suatu kecakapan mengaplikasikan kemampuan dasar keilmuan atau kemampuan dasar kejuruan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bermakna dan bermamfaat bagi peningkatan taraf kehidupannya serta harkat dan martabatnya, dan juga memberikan mamfaat bagi masyarakat dan lingkungannya (rahmatal lil alamin). (Suderadjat, 2004:23)
Kecakapan hidup terdiri atas kecakapan hidup yang bersifat umum (general life skill) dan bersifat khusus (specific life skill).
Kecakapan yang bersifat umum terdiri dari :
1)      kecapan personal, dengan beberapa komponen :
a)      kecakapan belajar (learning skill)
b)      kecakapan beradabtasi (adaptability)
c)      kecakapan menanggulangi (cope ability)
d)     motivasi
e)      kecakapan mengenal diri (self awareness)
f)       kemandiriran, dan
g)      tangung jawab
2)      kecakapan social, meliputi beberapa komponen:
a)      kecakapan berkomunikasi
b)      kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif (bekerja dalam kelompok), dan
c)      solidaritas

3)      kecakapan hidup yang bersifat spesifik, merupakan keahlian dalam bentuk :
a)      kecakapan akademik, dan atau
b)      kecakapan vokasional (Suderadjat, 2004:23-24)